Senin, 05 Juli 2010

Al Balqi dan Burung Pincang


Al Balqi adalah orang yang terkenal shaleh, ia mempunyai seorang sahabat yang bernama Ibrahim bin Adham yang sangat zuhud.Orang sering memanggil Ibrahim bin Adham dengan pangilan Abu Ishak.
Suatu hari, al-Balqi hendak berangkat ke negeri orang untuk berdagang.Sebelum berangkat, ia berpamitan pada sahabatnya itu.Namun belum lama al-Balqi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia datang lagi.Sahabatnya heran, mengapa ia pulang begitu cepat.Ibrahim bin Adham langsung bertanya  “Sahabatku, mengapa engkau pulang begitu cepat?”
“Dalam perjalanan”, jawab al-Balqi, “aku melihat suatu kejadian, sehingga kuputuskan segera membatalkan perjalanan”.
“Kejadian apa yang kamu maksud?”Tanya Ibrahim bin Adham.
“Ketika aku sedang istirahat di sebuah bangunan yang telah rusak, aku melihat seekor burung yang pincang dan buta.Akupun heran bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada di tempat yang jauh dari kelompoknya.Matanya tidak bisa melihat, berjalanpun ia tak bisa.”
“Tak lama kemudian,”lanjut al-Balqi, “ada burung lain yang dengan susah payah menghampiri sambil membawa makanan untuknya.Seharian penuh aku perhatikan gerak-gerik burung tersebut.Ternyata ia tak pernah kekurangan makanan, karena selalu diberi makan oleh burung satunya itu.”
“Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu ?” tanya Ibrahim bin Adham.
“Allahu Akbar.Maka aku mengambil kesimpulan bahwa Allah Maha Pemberi Rizki, ternyata telah mengatur riziki hambanya, meskipun dia berdiam diri di dalam rumahnya.Dia telah memberi rizki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya, apalagi kita sebagai manusia.Allah pasti juga akan mencukupkan rizkiku meskipun aku tidak bekerja.Oleh karena itulah aku pun memutuskan segera pulang dan tidak meneruskan berdagang.”
            Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin Adham berkata, ”Sahabatku, mengapa engkau berfikiran serendah itu? Mengapa engkau mensejajarkan derajatmu denga seekor burung pincang lagi buta itu? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu hidup dari belas kasih dan bantuan orang lain? Mengapa kamu tidak berfikir dengan perilaku burung yang satunya lagi? Ia bekerja keras mencukupi  kebutuhan hidupnya dan kebutuhan hidup sahabatnya yang memang tidak mampu bekerja? Apakah kamu tidak tahu, bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah?”
Al-Balqi langsung menyadari kekhilafannya.Ia baru sadar dirinya salah mengambil pelajaran,Saat itu pulalah ia langsung bangkit seraya berkata, ”Sahabat, ternyat engkau adalah guru yang baik”.Lalu berangkatlah ia melanjutkan perjalanan dagangnya yang sempat tertunda.
Rosulallah saw pernah bersabda yang artinya: “Tidak ada sama sekali cara yang lebih baik bagi seseorang untuk makan selain dari memakan hasil karya tangannya sendiri.Dansesungguhnya Nabiyullah Daud ‘alaihis salam makan dari hasil jerih payahnya sendiri.”(HR. Bukhari)


0 komentar:

Posting Komentar