Selasa, 29 November 2011

Give..Give...Give...!!!




Ada sebuah kisah yang menarik kita ambil pelajaran;
Suatu ketika ada seorang ibu pulang dari pasar.  ketika turun dari becak dan membawa barang belanjaannya, si ibu ini merasa diherankan karena di jalanan menuju rumahnya, orang-orang sedang sibuk memadamkan kebakaran. Setelah agak dekat dengan tempat kebakaran tadi, si ibu langsung kaget  ternyata rumah yang kebakaran tersebut tak lain rumahnya sendiri. 

Dimana dalam rumah itu ada si buah hatinya yang ketika di tinggal belanja tadi sedang tertidur pulas. Tanpa berpikir panjang si ibu tadi melempar barang belanjaannya dan kemudian berlari menuju ke dalam rumahnya, padahal di situ api sedang  berkobar sangat  besar. Tetapi si ibu tadi demi menyelamatkan anaknya rela menembus panasnya kobaran api.

Setelah buah hatinya berhasil didapatinya, ibu tadi langsung menyetop kendaraan yang sedang lewat, dan meminta diantarkan ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di rumah sakit, si ibu langsung membawa anaknya ke ruang perawatan. Dan setelah anaknya di tangani dokter, si ibu tadi menungguinya sambil beristirahat di ruang tunggu. Pada saat itulah si ibu melihat keadaan dirinya sendiri dan mulai merasakan sakit pada kaki, tangan dan sekujur badannya akibat kobaran api.
Di saat memikirkan dirinya sendiri itulah, si ibu mulai merasakan sakit pada seluruh badannya.

Pelajaran bagi kita,

Seperti si ibu tadi, bila kita mau memperhatikan urusan orang lain, membantu masalah yang di alami orang lain, maka kita tidak akan merasa kekurangan dalam diri kita. Namun ketika kita sudah memikirkan hanya diri sendiri, maka kita hanya merasa kekurangan dalam hidup ini. Padahal semua fasilitas hidup sudah tersedia. Jadi, jika kita mau memberi...memberi....dan memberi..., maka ada perasaan puas dalam hati kita. Bahkan, University of Michigan membuktikan bahwa orang yang suka memberi/menolong orang lain bisa hidup lebih lama, penelitian ini mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study.
Jadi, jika kita mau hidup lebih lama..bisa amalkan tuu.. resepnya, Give...Give...dan.. Give....!!!

Sabtu, 26 November 2011

Cita-Cita atau Sekedar Profesi...?


Dahulu ketika masih masa kanak-kanak, bila ada yang tanya; besok kalo udah gede, adik cita-citanya pengen jadi apa...?. Maka dengan polos kita mungkin akan menyebutkan cita-cita kita. Ada pengen jadi dokter, pengen jadi polisi, guru, pilot dan bahkan mungkin ada yang pengen jadi presiden. Itulah jawaban kita pada waktu itu.

Tapi, bagaimana kalo sekarang kita yang sudah dewasa ini, ditanya sama seperti di atas tadi, Mungkin jawaban kita hampir sama dengan masa kanak-kanak tersebut.
Yang menjadi pertanyaan disini adalah, mengapa setiap kali ditanya tentang cita-cita, maka seseorang itu akan menjawab dengan jawaban yang berkaitan dengan status profesi.

Di sisi lain, mungkin kita akan susah dengan orang yang bila ditanya tentang cita-cita, ia akan menjawab begini;

Cita-citaku ingin mengetaskan kemiskinan di negeri indonesia ini.
Cita-citaku ingin menjadi orang yang bisa menggapai derajat takwa.
Cita-citaku ingin memperbaiki kualitas pendidikan di negeri ini.
Cita-citaku ingin mengabdikan seluruh hidupku hanya kepada Allah.

Sehingga, bila telah mendapatkan cita-cita kita tidak akan berhenti terus berkarya. Misalnya, bila seseorang telah mendapatkan cita-cita  yang diinginkan tersebut(profesinya), maka ia hanya cukup puas dengan profesinya tersebut, tanpa adanya nilai tambah.

Jadi, dengan tersebut cita-cita kita tidak akan berakhir bersamaan dengan tercapainya suatu profesi yang kita lakukan.

Ingatlah sahabat

Bercita-citalah setinggi bintang di langit...!!!
Yang tidak di batasi oleh sekedar profesi dan pekerjaan.
Jadi, apakah cita-cita itu hanya sekedar profesi...??

Kamis, 13 Oktober 2011

Ajining Raga saka Busana


 Ajining Raga saka Busana


        Ungkapan bahasa jawa yang berarti bahwa seseorang itu dihargai dari caranya berbusana. Namun, masih relevankah ungkapan tersebut untuk saat ini?
Berbicara tentang cara berbusana memang tak lepas dari mode pakaian yang selalu berputar dari masa ke masa.
          Bila perempuan yag dahulu berpakaian lengan panjang, rok panjang yang mana hal tersebut mencerminkan perempaun yang baik. Namun, bila sekarang ini, maka pakaian yang semacam itu sudah dianggap norak atau.

Kita tahu bahwa , pilihan busana setiap orang jelas berbeda-beda.Hal itu karena sesuai dengan nilai atau pola hidupnya. Ada yang beranggapan bahwa kalau tidak mengikuti tren, maka takut dikatakan kuno atau ketinggalan zaman.
         Ketika seseorang pertama kali dengan orang lain, maka penilaian orang akan jatuh pada penampilannya. Jadi kesan seseorang biasanya dilihat dari cara berpakaiannya, walaupun sebenarnya hal itu tidak selamanya dijadikan cara satu-satunya dalam menilai seseorang. Namun dengan cara berpakaian tersebut, setidaknya  sudah tentu kita punya pandangan tentang nilai orang.
         Di sisi lain, Islam memberikan solusi bagi semua orang dalam menyikapi berbusana. Islam telah mengatur tentang cara dalam berpakaian.
Hal itu bisa kita lihat dari perintah mengenakan jilbab bagi perempuan. Yakni sebagai cara untuk menutup aurat. Dari dulu hingga sekarang ini jilbab merupakan pilihan berpakaian yang sangat tepat, yang tak terikat oleh waktu dan zaman. Karena dengan berjilbab, perempuan akan lebih tampak  terhormat dan berkepribadian yang mulia. Tentunya yang dmaksud di sini adalah jilbab yag sesuai dengan syar’i. Juga jilbab yang disertai dengan kepribadian dan akhlaq yang mulia.
         Sehingga ungkapan bahasa jawa tadi akan lebih tepat kalau dilengkapi Ajining Raga Saka Busana, Ajining Diri Saka Budhi. Yang berarti seseorang itu patut dihargai jika penampilan rapi dan sikap yang bisa diteladani.

Sabtu, 24 September 2011

Makna Mudik...

            Cerita soal perjalanan mudik memang tiada habis untuk diperbincangkan, terutama ketika mendekati hari lebaran tiba. Mulai dari berbagai status dan foto-foto kemeriahan lebaran yang langsung ditayangkan dan diunggah dalam berbagai jejaring sosial.
            Meskipun perkembangan teknologi sekarang ini mampu mendekatkan yang jauh, tanpa harus bersentuhan secara fisik, momen lebaran tetap terasa kurang pas jika tidak dirayakan bersama keluarga besar dikampung halaman. Terutama bermaaf-maafan dengan orang tua dan juga sanak keluarga dekat yang menjadi salah satu "ritual" utama setelah melakukan shalat ied.
            Bagi seorang perantau, kembali ke kampung halaman saat lebaran menjadi hal yang tak boleh terlewatkan. Justru momen inilah yang ditunggu-tunggu setiap tahun, untuk sekaligus melepas rindu dengan sanak saudara di kampung halaman. Ada banyak hal yang didapatkan saat mudik, yaitu yang tak mampu digantikan oleh teknologi secanggih apa pun. Yakni, juga untuk bernostalgia dengan masa kecil, mengenang kembali dahulu ketika dibesarkan di kampung halaman. Dari ajang berkumpul inilah, biasanya juga hadir beragam kisah dan sejarah keluarga.  
         Di sisi lain, mudik juga dapat memberikan manfaat bagi daerah yang dilalui oleh jalur mudik. Khususnya untuk bisnis pariwisata, yang semakin ramai ketika lebaran tiba. Meskipun, hampir setiap tahun mereka bertemu dengan antrean ja;an raya  yang semakin tahun terus meningkat, Tapi hal itu tak mampu untuk menghalangi para pemudik pulang ke kampung halamannya.Mudik gak kemarin..?

Senin, 30 Mei 2011

Lelaki Idaman



                                   Lelaki Idaman
Menjadi idaman memang enak, dicintai, disegani, dihormati, bahkan kerap menjadi teladan bagi orang-orang disekitarnya. Rasa aman, tentram, serta penuh dengan cinta kasih adalah buahnya sehari-hari. Bahkan ketika sudah meninggal sekalipun pujian dan sanjungan masih dialamatkan padanya.
Terus, seperti apa sih karakter lelaki idaman itu..?

1. Berwibawa
Bagi seorang lelaki, terlebih-lebih pada zaman sekarang ini, ketegasan dalam bertindak sangat diperlukan,. Sebab  seorang lelaki dihadapkan nantinya bisa menjadi  “Problem Solver” dalam berbagai masalah. Dan hal  tersebut tidak akan berhasil kecuali dengan menerapkan lapang dada pada satu sisi dan ketegasan pada sisi lainnya.
2. Periang
Seorang lelaki yang selalu serius, disiplin, dan tegas dan semua karakter tersebut bukanlah harga mati. Karena orang yang paling baik adalah orang yang paling lembut akhlaknya. Jadi seorang lelaki harus bisa menjadi seorang periang pada saat-saat gembira. Dan sifat alami manusia untuk bercanda dengan orang lain dan membuat orang di sekelilingnya tertawa dan tersenyum.
Karena dengan wajah riang, bersendau gurau semua dapat merasakan kenikmatan dengan berkumpul untuk menjalani hidup, dan juga supaya kehidupan ini tidak tegang yang lama-kelamaan akan menjenuhkan dan pada akhirnya menimbulkan kebosanan
3. Memberi Ketenangan (Ngayomi)
 Seorang lelaki idaman itu, harus mempunyai perasaan ngayomi . Yaitu bisa memberikan rasa nyaman, aman, dan tenang bagi orang-orang yang ada di sekelilingnya., terutama kepada seorang perempuan.
Dan hal itu menjadikan seorang lelaki sebagai tempat tumpuan bagi perempuan.
4. Setia
Kesetiaan lelaki idaman itu tidak terhalang oleh adanya pernak-pernik kehidupan dan kemewahan dunia ini.
Tidak terlintas sedikitpun untuk mengingkari kesetiaan tersebut. Ketaqwaan kepada Rabb-nya membuat ia takut akan segala yang bisa mendatangkan kemurkaan-NYA.

Rasulallah SAW adalah seorang contoh lelaki idaman yang petut menjadi teladan yang sempurna bagi semua lelaki yang ingin meraih predikat “Lelaki Idaman”. Beliau sebagai uswatun hasanah bagi para lelaki dalam bergaul dengan semua orang.
Kelembutan sikap beliau tidak mengurangi ketegasan dan kewibawaan dalam bersikap.

Sabtu, 14 Mei 2011

Secuil Harapan



Bersabarlah….Semua Pasti ada HIKMAH-nya

Masih teringat jelas dalam ingatanku, salah satu pesan yang diberikan oleh ustadzku di Desa ketika aku hendak menempuh pendidikan di Surabaya. Ketika itu, ustadzku bilang “Dimanapun kamu tinggal, terutama di lingkungan pesantren, kamu harus rela berkorban. Baik itu berkorban dengan hartamu, dengan waktu yang kamu miliki, maupun berkorban perasaan sekalipun”.

Itulah nasehat yang beliau berikan pada waktu itu, meskipun sudah hampir tiga tahun kata-kata itu beliau ucapkan, namun hal itu selalu menjadi renunganku ketika aku merasa risau.

Aku tahu bahwa setiap orang itu pasti punya masalah-masalah hidup yang sedang dihadapinya. Hingga ia meninggal dunia, bahkan setelah kematian pun masih ada masalah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Jadi semua orang tidak akan pernah lepas dari permasalahan.

Itulah kehidupan...

Ada cerita dari sahabatku, yang menceritakan “Kadang kita itu sudah berbuat yang terbaik, tetapi ternyata hal itu malah menjadi bahan tawa semua teman-teman”. Apakah ada yang salah dengan diri kita..?
Kita tahu bahwa semua perbuatan yang kita lakukan itu harus dilandasi dengan keikhlasan. Sebab bila tidak hal itu akan membuat hati kita sakit, kecewa dan merasa tidak terima bila perbuatan kita ditertawai oleh orang lain.

Namun, dimanakah letak pengorbanan perasaan yang harus kita berikan seperti yang disampaikan ustadku tadi bila dihubungkan dengan keihklasan tersebut?, terus apakah sikap kita menerima begitu saja ejekan teman kita ?

Tentu tidak, namun kesabaran dalam memberikan yang terbaik bagi semua orang bahkan orang yang menghina kita. Itulah keikhlasan dan pengorbanan yang harus kita berikan seperti kata ustadzku tadi.

Oleh sebab itu sahabatku…
Bersabarlah…..Semua Pasti ada Hikmahnya!!!  

Kamis, 28 April 2011

Wasiat Sunan Drajat

Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofi ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :

  1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
  5. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
  6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan Sholat lima waktu)
  7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun1470 masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampell, dan bersaudara denganSunan Bonang.
Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat,Paciran Kabupaten lamongan.
Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putraSunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam beliau menyebarkan agama islam di desa Drajad sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu olehRaden Patah pada tahun saka 1442/ 1520 masehi.