Kamis, 13 Oktober 2011

Ajining Raga saka Busana


 Ajining Raga saka Busana


        Ungkapan bahasa jawa yang berarti bahwa seseorang itu dihargai dari caranya berbusana. Namun, masih relevankah ungkapan tersebut untuk saat ini?
Berbicara tentang cara berbusana memang tak lepas dari mode pakaian yang selalu berputar dari masa ke masa.
          Bila perempuan yag dahulu berpakaian lengan panjang, rok panjang yang mana hal tersebut mencerminkan perempaun yang baik. Namun, bila sekarang ini, maka pakaian yang semacam itu sudah dianggap norak atau.

Kita tahu bahwa , pilihan busana setiap orang jelas berbeda-beda.Hal itu karena sesuai dengan nilai atau pola hidupnya. Ada yang beranggapan bahwa kalau tidak mengikuti tren, maka takut dikatakan kuno atau ketinggalan zaman.
         Ketika seseorang pertama kali dengan orang lain, maka penilaian orang akan jatuh pada penampilannya. Jadi kesan seseorang biasanya dilihat dari cara berpakaiannya, walaupun sebenarnya hal itu tidak selamanya dijadikan cara satu-satunya dalam menilai seseorang. Namun dengan cara berpakaian tersebut, setidaknya  sudah tentu kita punya pandangan tentang nilai orang.
         Di sisi lain, Islam memberikan solusi bagi semua orang dalam menyikapi berbusana. Islam telah mengatur tentang cara dalam berpakaian.
Hal itu bisa kita lihat dari perintah mengenakan jilbab bagi perempuan. Yakni sebagai cara untuk menutup aurat. Dari dulu hingga sekarang ini jilbab merupakan pilihan berpakaian yang sangat tepat, yang tak terikat oleh waktu dan zaman. Karena dengan berjilbab, perempuan akan lebih tampak  terhormat dan berkepribadian yang mulia. Tentunya yang dmaksud di sini adalah jilbab yag sesuai dengan syar’i. Juga jilbab yang disertai dengan kepribadian dan akhlaq yang mulia.
         Sehingga ungkapan bahasa jawa tadi akan lebih tepat kalau dilengkapi Ajining Raga Saka Busana, Ajining Diri Saka Budhi. Yang berarti seseorang itu patut dihargai jika penampilan rapi dan sikap yang bisa diteladani.