Sahabat, setiap manusia didunia ini, entah itu dalam status &
profesi apapun mereka selalu mencari kebahagiaan.
Karena mencari kebahagiaan
itu adalah fitrah manusia. Tidak peduli apakah ia seorang penjahat, koruptor,
pelacur, mereka tidak ingin keturunannya mewarisi perbuatan buruknya.
Hal ini menunjukkan bahwa fitrah manusia adalah suci, lurus.
Rindu kepada kebaikan dan kebenaran, serta anti dengan kebatilan. Tidak ingin
sengsara didunia dan celaka diakherat.
Banyak orang yang mengatakan bahwa bahagia itu dirasakan ketika
kebutuhan lahir dan batin sudah terpenuhi. Sehingga mereka mendata deretan
kebutuhan dan berusaha dengan keras untuk mendapatkannya.
Diantaranya seperti kebutuhan rumah, kendaraan, pakaian yang
mewah, kesehatan yang terjaga, mendapatkan rasa aman, kasih sayang,
keberhasilan (karir) dan lain sebagainya.
Hanya yang menjadi pertanyaan, pernahkah dalam pasang surut
kehidupan manusia baik dalam skala pribadi, keluarga, masyarakat tercipta
kondisi dan situasi dimana kebutuhan pokok terpenuhi secara kesinambungan dan
permanen??
Tentu, tidak mungkin terjadi. Karena karakteristik kehidupan
didunia ini sangat tidak menentu. Selalu mengalami perubahan yang sangat cepat
dan dinamis.
Ada orang yang mengira bahwa kebahagiaan itu terletak
pada jabatan & kedudukan di masyarakat. Jabatan, kedudukan &
kekuasaan yang tanpa ditompang oleh iman, dan dipagari dengan ketakwaan kepada
Allah Swt, hanya akan membawa kehancuran seperti halnya Fir’aun.
Tidak sedikit pula orang yang memburu kebahagiaan dengan
ketenaran (popularitas). Ia menghabiskan waktunya untuk mencari & mencuri perhatian orang lain. Namun setelah
ketenaran itu telah hilang ditelan waktu, hilanglah kebahagiaan sampai
keakar-akarnya.
Lalu, dimanakah letak kebahagiaan itu...??
Sesungguhnya, orang yang mendambakan kebahagiaan itu bukan
disebabkan oleh kondisi eksternal dirinya, tetapi justru tercipta kondisi
internal dirinya (rohaninya) yang memberikan gambaran mental positif, motivasi,
spirit, gelora, bahagia dalam kondisi apapun. Dua kondisi yang kontradiktif
sedih-gembira, kegagalan-kesuksesan, suka-duka, sehat-sakit, semua itu bisa
dinikmati bagian dari romantika kehidupan.
Jadi, bahagia bukanlah benda yang dicari di Mall, pantai,
tempat pesta, swalayan. Tetapi bahagia itu hanya diberikan oleh Allah Swt
kepada hamba yang dikasihi-Nya. Hamba yang mau mendatangi-Nya dengan hati yang
sehat (qolbun salim), steril dari
penyakit jiwa seperti sombong, dengki, dendam dan serakah.
Oleh karena itu, barang siapa yang ingin mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki, maka carilah di rumah-rumah Allah Swt, majelis ilmu,
majelis dzikir, dengan mencontoh manusia
yang paling bahagia didunia & akherat, yaitu Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassalam. InsyaAlah
0 komentar:
Posting Komentar