Entah angin apa yang membawa fikiranku, tiba-tiba saja
teringat dengan kampoeng halamanku yakni di kota Ngawi. Teringat dengan minuman
khasnya, “Wedang Cemue”
Sejenak, muncul keinginan dalam benak hati ini untuk mencicipi
kembali minuman tersebut. Dulu ketika aku masih kecil, apalagi ketika waktu
musim hujan tiba Wedang Cemue menjadi minuman yang sangat favorit di cari
masyarakat.
Cuaca yang dingin sangat cocok ditemani dengan semangkok Cemue buatan ibu...emm...lezatnya...Mak nyeus.
Namun kini seiring dengan bergilirnya waktu, minuman ini pun
semakin jarang ditemui. Sangat disayangkan memang minuman yang sudah turun
menurun dari generasi dulu harus hilang begitu saja.
Ketika browsing resep di internet, saya menemukan beberapa
minuman serupa. Tapi rasanya sangat berbeda dengan Cemue ala Ngawi. Resep yang
saya temui kebanyakan menggunakan gula merah dan tambahan kolang-kaling atau
kelapa muda, sedangkan Cemue ala Ngawi menggunakan gula pasir dan bawang goreng.
Bahan :
- 3 lembar roti tawar, potong kotak kecil
- 3 cangkir air putih
- 1 cangkir santan kental
- 3 sdm gula pasir
- jahe sebesar ibu jari tangan, dikeprek
- sejumput garam
- daun pandan, remas-remas, ikat
Untuk taburan :
·
bawang merah
goreng
·
kacang tanah
kupas yang digoreng, bisa juga menggunakan kacang bawang atau kacang kulit
kemasan yang dikupas hingga ke kulit tipisnya.
Cara Membuat :
- Rebus air dengan gula, garam, jahe, dan daun pandan. Gunakan api kecil. Aduk hingga gula larut
- Tambahkan santan, aduk agar tidak pecah, didihkan, matikan api
- Tuang kuah santan ke gelas saji, beri irisan roti secukupnya, taburi bawang goreng dan kacang, sajikan hangat.
Jangan ragu dengan perpaduan santan
dan bawang goreng ya. Justru itu letak keunikan dan nikmatnya minuman ini.
Semoga bisa menjadi alternatif menu untuk sahur di bulan Ramadhan nanti, Selamat
mencoba Wedang Cemue ala Ngawi....””.