“ Dosen Fakultas Kehidupan”
Pelajaran tidak hanya dapat diperoleh dibangku sekolah saja, namun juga bisa diperoleh dari tempat lain.
Aku memiliki banyak dosen yang mengajarkan tentang berbagai macam bidang studi. Namun salah satu “Dosenku” yang paling banyak mengajarkan tentang makna hidup hanya seorang saja, beliau adalah dosen “Fakultas Kehidupan”. Meski ia adalah seorang dosen yang tidak mempunyai titel, gelar sarjana yang berjubel di samping namanya, namun bagiku beliau adalah seorang guru yang telah mengajarkan lebih banyak dari pada dosenku yang lain.
Ketika aku masih dalam buaian, “Dosenku” ini banyak mengajarkan tentang makna kesabaran da pengorbanan.
Yaitu sabar dalam menjaga dan merawatku, serta pengorbanan waktu yang diberikan kepada buah hatinya. Kenapa…?, karena semua waktu istirahatnya, telah dihabiskan guna meninabobokkan ketika aku menangis ditengah malam.
“Dosenku” juga mengajarkan tentang ketaatan.
Disaat adzan berkumandang, waktu sholat telah tiba dimana waktu itu aku sedang asyik nonton TV “Dosenku” menyuruhku mematikan TV tuk melaksanakan sholat. Lalu aku ikuti perintahnya dengan hati terpaksa. Maklumlah, karena murid yang satu ini termasuk tipe yang bandel.
Saat aku duduk disampingnya beliau sering mengajarkan aku beberapa do’a, suaranya yang pelan dan terbata-bata membuat aku tahu bahwa beliau sedang bermunajat kepada Sang Khaliq. Beliau juga selalu mendo’akanku, agar kelak aku bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
Matanya berbinar-binar saat memanjatkan do’a, termasuk saat mengajarkan doa kepadaku. Disana ada pelajaran tentang ketakwaan yang diajarkan “Dosenku”.
“Dosenku” juga mengajarkan tentang makna berbagi dan membantu kesusahan orang lain.
Ketika ada seorang yang mengetuk pintu rumahku, dan orang itu mengharapkan bantuan, “Dosenku” mengambil makanan ringan dan dibungkus, kemudian diberikan kepada orang yang meminta-minta tadi. Disitu juga ada pelajaran tentang makna berbagi kepada sesama yang diajarkan “Dosenku”.
“Dosenku juga mengajarkan tentang kerja keras dan perjuangan.
Kerja keras yang beliau tunjukkan ketika ia sedang bekerja. walau hanya untuk mendapatkan sesuap nasi demi diriku. Dimana perjuangan beliau dalam bekerja kalau bisa diumpamakan ibarat kaki ini sudah menjadi kepala, dan kepala sudah menjadi kaki. Hal ini karena betapa beratnya kerja keras yang beliau lakukan. Disitu juga ada pelajaran tentang perjuangan dan kerja keras.
Masih banyak lagi pelajaran-pelajaran yang telah diajarkan oleh “Dosenku fakultas kehidupan”. Yang mana semua itu tidak mungkin aku tuliskan disini. karena keterbatasan kemampuan. Yaitu kemampuan dalam menghitung jumlah banyaknya pelajaran, juga kemampuan menahan rasa tidak mampu untuk menahan tetesan air mata ini. Karena begitu besar jasa beliau bagiku didalam mengarungi kehidupan ini.
Walaupun “Dosenku” tidak pernah mengharapkan imbalan dari semua jasa beliau. Disitu ada rasa keikhlasan, agar aku lulus dalam ujian kehidupan dunia ini. Dan keikhlasan itu menjadi mulia, karena semua itu sebagai tanda kesetiaannya menanti ridho dari Allah swt.
Muridmu hanya bisa mendo’akan , semoga semua ilmu yang telah engkau ajarkan tersebut diterima oelh Allah swt serta dibalas dengan surga-Nya. Amien…
Dan “Dosenku” itu, tidak lain adalah IBU+ku sendiri
0 komentar:
Posting Komentar